PRAKTIKUM FISIKA INDUSTRI
MODULUS PUNTIR
Dalam
menganalisa bagian
struktur yang mendapat momen punter, kita akan mengikuti pendekatan dasar yang
digariskan pada pasal 1-9. Pertama, system secara keseluruhan diselesaikan
untuk keseimbangan, kemudian digunakan untuk metoda irisan dengan membuat
bidang irisan yang tegak lurus terhadap sumbu dari bagian irisan yang tegak
lurus terhadap sumbu dari bagian struktur. Stiap suatu yang berada diluar sebuah
potongan lalu dipindahkan, dan akhirnya yang akan diterengkan adalah momen
punter dalam atau penahan yang diperlukan untuk menjaga keadaan seimbang dari
yang diperlukan untuk menjaga keadaan seimbang dari bagian yang telah terpisah.
Karena dirasa penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dan
menguasainya, maka dilakukanlah sebuah praktikum untuk memperdalam materi
fisika tentang modulus puntir. Selanjutnya, untuk melengkapi praktikum
tersebut, disusunlah laporan praktikum tersebut. Laporan praktikum bertujuan
pula untuk pemahaman secara lebih sistematis mengenai percobaan yang dilakukan
pada praktik modulus puntir tersebut. Isi dari laporan ini antara lain adalah
pendahuluan yang berisi landasan awal mengenai praktik tersebut serta metode
praktikum yang dilakukan untuk mendapatkan data – data yang bersifat
kuantitatif melalui percobaan secara sistematis dan terkontrol. Pada pembahasan
selanjutnya, secara garis besar, laporan ini berisikan pembahasan mengenai cara
menganalisa suatu data melalui aplikasinya terhadap rumus yang telah diberikan
untuk kemudian dijabarkan melalui suatu bentuk grafik. Pada pembahasan terakhir
dipaparkan sedikit kesimpulan mengenai hasil akhir percobaan. Tujuan lain dari
laporan ini adalah memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah fisika dasar.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Modulus puntir
dapat diartikan secara teoritis , yaitu adalah hubungan besaran tegangan
tarik dan regangan tarik. Atau lebih jelasnya adalah perbandingan antara
tegangan geser dan regangan geser
Modulus puntir sangat penting
dalam ilmu fisika karena dengan mempelajarinya, diharapkan kemudian kita bisa
menggunakannya untuk menentukan nilai kelastisan dari sebuah benda (objek
studi).
Prinsip-prinsip
tersebut telah dirumuskan secara sistematik dan percobaan ini dilakukan untuk
menerapkan kembali rumusan/teori yang telah ada dalam kasus-kasus yang
sederhana agar praktikan lebih cepat memahami rumusan atau teori tadi.
Pada kasus elastic,
bedasarkan pengandaian-pengandaian dimana tegangan adalah perbandingan lurus
dengan regangan dan yang belakangan ini berubah pula secara linier dari pusat
sumbu puntiran, maka tegangan akan berubah pula secara linier dari sumbu pusat
batang melingkar. Tegangan tersebut yang disebabkan oleh
penyimpangan-penyimpang yang disebut dalam pengandaian diatas adalah tegangan
geser yang terletak pada bidang yang sejajar dengan irisan yang diambil tegak
lurus terhadap batang.
1.2
TUJUAN PERCOBAAN
Laporan akhir pratikum yang membahas tentang besarnya
harga modulus puntir secara statis ini, disusun dengan maksud dan tujuan
sebagai berikut:
1.
Memberikan penjelasan
mengenai sistematika dan tata cara pengambilan data pada praktikum percobaan
modulus puntir.
2.
Memberikan pemaparan
mengenai analisa data percobaan dengan pengaplikasian beberapa jenis rumus yang
diduga terkait dengan penentuan harga dan grafik modulus puntir.
3.
Menjabarkan secara
lebih spesifik mengenai definisi dan aplikasi dari elastisitas dan plastisitas
pada kegiatan sehari - hari terkait hubungannya dengan modulus elastisitas.
Memberitahukan hubungan pertambahan massa dengan nilai y
= bx + a melalui grafik garis (line chart).
1.3
PERMASALAHAN
Percobaan modulus puntir dilakukan karena adanya
pertanyaan mengenai
1.
Hubungan antara
pertambahan massa dengan nilai y = bx + a yang akan di analisa melalui grafik.
2.
Harga modulus puntir
malalui perhitungan secara statis.
3.
Definisi dari
elastisitas dan plastisitas.
1.4 METODE PENGOLAHAN
DATA
Untuk membantu menganalisa permasalahan di atas, penyusun
melakukan beberapa tahap pengolahan data sebagai pendekatan dalam penyusunan
laporan akhir praktikum ini, yaitu sebagai berikut:
1.
Melakukan percobaan
modulus puntir dengan menggunakan alat – alat yang dianggap sesuai dalam
menunjang kebutuhan akan data untuk analisa lebih lanjut.
2.
Tabelaris data yang
dilakukan demi efisiensi pengolahan data
3.
Menyelesaikan soal – soal sehubungan dengan penerapan
perhitungan modulus puntir.
4.
Pengolahan data
kuantitatif secara yang dilakukan manual maupun melalui fast solution.
5.
Melakukan pencarian
data tambahan dengan bantuan literature buku dan melalui surfing di beberapa website yang mendukung pembahsana tema modulus
puntir ini.
6.
Mangadakan diskusi
antar anggota dan antar kelompok secara informal mengenai pembahasan tema
laporan akhir ini.
1.5
SISTEMATIKA LAPORAN
Laporan ini terdiri
dari lima bab secara garis besar dan berisi tentang percobaan penentuan modulus
elastisitas dari batang kayu, untuk lebih jelasnya maka susunan laporan adalah
sebagai berikut. Bab I Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar
belakang, tujuan percobaan, permasalahan, sistematika laporan praktikum. Bab II
Dasar Teori merupakan penjelasan dan ulasan singkat tentang teori dasar yang
mendasari kegiatan percobaan yang dilakukan. Bab III Cara Kerja dan Peralatan,
dalam bab ini menerangkan tentang tata urutan kerja yang dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan praktikum serta pengenalan peralatan yang diperlukan
dalam melakukan praktikum. Bab IV Analisa Data dan Pembahasan, dalam praktikum
tentunya kita akan memperoleh data-data sehingga perlu adanya penganalisaan
lebih lanjut karena tidak sempurnanya alat ukur, ketidaktepatan cara mengukur,
tidak sempurnanya alat indera dan lain-lain. Dengan memperhitungkan ralat-ralat
dari data yang diperoleh dalam melakukan praktikum agar mendapatkan data yang
mempunyai ketelitian yang sesuai. Bab V Kesimpulan, memberikan kesimpulan dari
kegiatan praktikum yang dilakukan.
BAB II
DASAR TEORI
Salah satu ujung batang di jepit keras – keras di T,
sedangkan ujung lainnya dibiarkan bebas berputar dan dipasangi erat roda P.
Jika roda dengan pertolongan katrol diberi beban maka roda itu akan meghasilkan
momen M terhadap batang.
Dengan jarum penunjuk yang melekat pada batang dan
pembagian skala S dapat dibaca sudut puntiran batang. Maka Modulus Puntiran
dapat dihitung dari:
Rumus
dimana:
G = Modulus puntir (modulus geser)
M = Momen yang bekerja pada batang
L
= Panjang batang yang dipuntir
R = Jari – jari batang yang diputir
(beban)
O = Sudut puntiran dalam radial
g = Percepatan grafitasi
r = Jari – jari roda P
m = massa beban
α = Sudut puntiran dalam derajat
nilai α dihitung dalam derajat. Sehingga tidak perlu di
konversikan ke dalam satuan rad.
Dalam pembahasan sebelumnya, benda yang mendapatkan gaya
diidealkan sebagai benda tegar, tidak mengalami perubahan bentuk bila mendapat
gaya. Sesungguhnya benda mengalami perubahan bentuk saat mendapatkan gaya. Pada
bagian ini akan dibahas tentang hubungan perubahan bentuk tersebut dengan gaya
yang menyebabkannya.
Gambar di atas melukiskan suatu batang yang mempunyai
penampang serbasama ditarik dengan gaya F pada kedua sisinya. Batang dalam
keadaan tertarik. Bila dibuat irisan di batang (gambar b) yang tidak dekat
ujung batang, maka pada irisan tadi terdapat tarikan dengan gaya F yang merata
di penampang batang (sistem dalam keadaan seimbang). Dari sini dapat
didefinisikan tegangan di irirsan tersebut sebagai perbandingan antara gaya F dengan
luas penampang A.
Tegangan
: S = F/A ( N/m2 = Pascal)
Tegangan tersebut disebut tegangan tarik.
Bila irisan tadi dibuat sembarang (membentuk sudut), maka
luasannya menjadi A’ dan dan gaya F tadi bisa diurakan menjadi dua komponen,
yaitu F^ (tegak lurus/normal terhadap A’ dan F¤ ¤ (sejajar/tangensial
terhadap A’). Maka tegangan dapat diurakan menjadi :
Tegangan
normal = F^ / A’
Tegangan
tangensial (geser) = F¤ ¤ /A’
Demikian juga sebaliknya, bila gaya pada balok mengarah
ke balok. Tegangannya disebut tegangan tekan.
Regangan
Bila gaya diberikan pada balok tersebut memberikan
tegangan tarik, maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk yang
disebut regangan.
Bagian pertama (O - a)
tegangan sebanding dengan regangan, a adalah batas proporsional tersebut. Dari
a sampai b tidak sebanding lagi, tetapi bila beban diambil, kurva akan kembali
ke titik a lagi. Titik a sampai b masih
bersifat elastik dan b adalah batas elastik. Bila beban di ambil setelah
melewati b, misal di c, kurva tidak
kembali ke b tetepi kembali melellui garis tipis. Sehingga panjang tanpa
tegangan menjadi lebih besar dari semula. Bila beban ditambah terus sampai
patah di d, d disebut titik patah. Bila b sampai d cukup besar, bahan tersebut
bersifat ulet, tetapi kalau sangat pendek disebut rapuh.
Modulus Geser
Didefinisikan sebagi
perbandingan tegangan geser dan regangan geser.
Tegangan
geser
S
=
Regangan
geser
F¤ ¤ /A’ h
F¤ ¤ / F¤ ¤ /A
x
/ h A x tg
f
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
ALAT DAN BAHAN
§
Alat
ukur (jangka sorong) dan penggaris
§
Mikrometer skurp
§
Seperangkat
alat punter (statip)
§
Tali
dengan pangjang tertentu
§
Pinggan tempat beban
§
Seperangkat
beban dengan massa yang berbeda
3.2 CARA KERJA
·
Cara Kerja
1.
Persiapkan alat – alat
praktikum.
2.
Periksa gerak puntiran
ujung batang yang beroda, apakah momen sudah dapat diteruskan ke seluruh
batang.
3.
Ukurlah panjang batang
yang diputir, beban, (L), Jari – jari batang yang dipuntir (R), dan jari – jari
roda.
4.
Ambil satu harga beban
dan gantungkan ke tali. Amati kedudukan perubahan jarum penunjuk.
5.
Lakukan hal di atas
dengan variasi penambahan beban kemudian amati secara teliti perubahan jarum
penunjuk.
Catat penambahan beban yang digunakan dan perubahan jarum
penunjuk akibat penambahan tersebut.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Berikut ini data-data yang
diperoleh dari percobaan yang dilakukan :
Dengan percobaan yang kami lakukan
maka telah diketahui :
Panjang Batang yang di Puntir(L) = 53,8 cm
Jari – jari batang yang di puntir
(R) = 0,2 cm
Jari – jari Roda P (r)
= 4,8 cm
NO
|
Massa (kg)
|
Derajat Puntiran (α)
|
X (Massa)
|
Y (θ rad)
|
X.Y
|
X2
|
1
|
0,5
|
2o
|
0,5
|
0,035
|
0,0175
|
0,25
|
2
|
0,6
|
3o
|
0,6
|
0,052
|
0,0312
|
0,36
|
3
|
0,7
|
4o
|
0,7
|
0,069
|
0,0483
|
0,49
|
4
|
0,8
|
5o
|
0,8
|
0,087
|
0,0696
|
0,64
|
5
|
0,9
|
6o
|
0,9
|
0,104
|
0,0936
|
0,81
|
S
|
|
|
0,35
|
0,347
|
0,2602
|
2,55
|
Penggambaran grafik menggunakan regresi
linear sebagai berikut :
Misalkan persamaan
garis y = bx
+ a, koefisien-koefisien b dan a dapat ditentukan:
b =
a =
b =
a =
b =
= 0,093 a
=
=
0,062
b = 9,3 a = 6,2
maka persamaan garisnya adalah : y = bx + a
y = 0,093x + 0,062
BAB V
TUGAS AKHIR
1.
Buatlah grafik antara
θ rad dengan m untuk tiap – tiap harga L !
2.
Buatlah grafik antara
θ rad dengan L untuk tiap – tiap m !
3.
Hitungah harga G untuk
tiap – tiap L dan hitunglah harga G rata – rata !
4.
Bandingkan hasil yang
saudara peroleh dari rumus (2) dengan G yang di dapat dari rumus grafik !
5.
Berilah kesimpulan
dari percobaan saudara !
JAWAB :
1.
Grafik antara θ rad
dengan m
2
.
Grafik antara θ rad
dengan L
3.
Harga G untuk tiap – tiap
L
G =
G1 =
=
= 82,81 x 1012
G2 =
=
= 66,65 x 1012
G3 =
=
= 58,61 x 1012
G4 =
=
= 53,197 x 1012
G5 =
=
= 49,99 x 1012
Grata-rata = (82,81+66,65+58,61+53,197+49,99)
x1012 /5
= 62,25 x 1012
4.
Perbandingan G rumus
grafik dan G rumus 2 !
Rumus Grafik :
G =
=
= 62,104 x 1012
Rumus 2 :
Grata-rata = (82,81+66,65+58,61+53,197+49,99)
x1012 /5
= 62,25 x 1012
5.
Dari percobaan yang
dilakukan maka kami dapat menarik kesimpulan bahwa kami dapat menghitung
modulus geser yang terjadi, dan pertambahan massa berbanding lurus dengan sudut
yang terbentuk.
BAB VI
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan
pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Semakin besar massa benda yang di ukur, maka semakin besar pula sudut yang
terbentuk.
2.
Modulus puntir juga merupaka modulus geser
yang mempunyai persamaan dengan modulus yang lain.
3.
Untuk modulus puntir momen yang bekerja disana adalah momen pada batang
statip.
Sumber:
Praktikum Fisika Industri-Rudini
Mulya (Industrial Engineering2010)
mas, untuk mencari a dan b saya masih belum paham karena tidak kelihatan angkanya di blog ini. bisa minta tolong kirimkan dalam bentuk ms.word ke email saya?
BalasHapusMohon maaf, saya mau bantu menjawab, maaf apabila ada kesalahan sebelumnya. Setahu saya dalam mencari nilai A dan B pada persamaan y=Bx+A dapat digunakan regresi menggunakan kalkulator :)
Hapus