Senin, 17 Maret 2014

Teknik Perancangan Tata Letak Pabrik - Industrial Engineering




PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
USAHA MEJA LAPTOP PORTABLE


Gambar : Prototype Produk

1.1     Latar Belakang
     Dalam menghadapi era pasar bebas saat ini, dimana terjadi persaingan yang sangat ketat, maka perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan produk dengan biaya murah, kualitas yang baik, dan delivery tepat waktu. Untuk itu dibutuhkan usaha penekanan biaya dengan cara meningkatkan efektivitas, efisiensitas, dan produktivitas.
       
       Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memaksimalkan tata letak fasilitas produksi. Tata letak fasilitas produksi merupakan elemen dasar yang sangat penting dari kelancaran proses prosuksi untuk menciptakan produk atau jasa yang berkualitas dan menentukan daya saing perusahaan. Tata letak fasilitas yang buruk merupakan pemborosan (waste) yang harus diminimalisi dengan cara melakukan perbaikan/menata ulang fasilitas.
      
      Tata letak fasilitas yang baik akan mengurangi biaya produksi secara total tidak hanya pada salah satu proses tetapi pada tiap proses produksi. Pengurangan ini dapat dilakukan dengan mengurangi pergerakan pemindahan bahan yang tidak efisien dan merencanakan rute perencanaan yang lebih teliti sesuai dengan aliran proses produksi yang nantinya diharapkan akan menghasilkan hasil produksi yang optimal maka dengan adanya penelitian evaluasi dan modifikasi tata letak fasilitas ini, diharapkan dapat membantu sebagai referensi dalam membangun tata letak fasilitas produksi yang baiBerkaitan dengan masalah tersebut, maka peneliti mencoba menganalisa tata letak fasilitas produksi yang ada saat ini terkait dengan tipe tata letak dan pola aliran bahan pada produksi meja laptop portable yang lebih efisien.

1.2     Rumusan Masalah
     Sehubungan dengan latar belakang yang telah dikemukan di atas maka masalah yang akan kami angkat adalah:
1.    bagaimana merancang tata letak fasilitas produksi meja laptop portable yang tepat dan efisien sesuai dengan usaha yang didirikan?
1.3     Tujuan Penelitian
1.  Mengetahui apakah produk Meja Laptop Portable layak untuk diproduksi.
2.  Mengetahui apakah pabrik untuk memproduksi Meja Laptop Portable layak didirikan.
3.  Menghindari penanaman modal yang sia-sia.
4.  Melihat prospek proyek produksi dimasa mendatang/kedepan.
5.  Menyediakan sebuah kerangka kerja yang memungkinkan untuk membuat estimasi  sumberdaya, biaya dan jadwal yang dapat dipertanggungjawabkan.
6.  Mengetahui apakah usaha ini dapat hidup dan menghasilkan laba.

1.1.   Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan ini, Kami berpedoman pada kriteria penyusunan tugas besar dan membaginya dalam enam bab yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu dengan format sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan
Diuraikan mengenai latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah, batasan dan asumsi, dan sistematika penulisan tugas besar.

Bab II Landasan Teori
Diuraikan mengenai tinjauan-tinjauan kepustakaan yang berisi tentang teori-teori mengenai kelayakan pabrik, pemikiran-pemikiran yang digunakan sebagai landasan dalam pembahasan serta pemecahan permasalahan dalam mendirikan pabrik.

Bab III Pengumpulan Dan Pengolahan Data
Diuraikan mengenai data – data yang dibutuhkan untuk menganalisa kelayakan suatu pabrik serta melakukan pengolahan data untuk mengetahui apakah pabrik tersebut layak untuk didirikan.

Bab IV Analisa Dan Hasil
Bab ini berisi analisa pemecahan masalah berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

Bab V Kesimpulan Dan Saran
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa data dan saran -saran bagi pengembangan penelitian selanjutnya.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1     Pemilihan lokasi

Pemilihan lokasi usaha merupakan salah satu keputusan bisnis yang harus dibuat secara hati-hati. Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa lokasi  usaha berhubungan dengan kesuksesan usaha tersebut (Nurul Indarti, 2004). Namun, penelitian-penelitian tersebut masih didominasi oleh pemilihan lokasi di sektor manufaktur, industri teknologi tinggi, dan perusahaan besar, dimana pemilihan lokasi usaha-usaha tersebut didorong oleh pertimbangan besarnya biaya transportasi bahan produksi.

Von Thunnen mengembangkan teori lokasi pada awal abad 19. Thunnen melakukan pengamatan di daerah tempat tinggalnya, dari pengamatan tersebut Thunnen menemukan berbagai komoditas pertanian diusahakan menurut pola tertentu. Dengan memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar.


2.2 operation proses chart (OPC)

Setelah gambar teknik sebagai dasar pertama dalam melakukan perencanaan teknis dalam perencanaan tata letak pabrik. Gambar teknik adalah sebagai desain produk dalam merencanakan produk yang akan diproduksi. Selanjutnya adalah desain proses yang akan dibuat untuk membuat produk dari gambar teknik yang sudah dibuat Salah satu dari alat grafis ini adalah peta kerja. Peta kerja merupakan salah satu alat yang sistematis dan jelas untuk berkomunikasi secara luas.
Dan sekaligus melalui peta kerja kita bisa mendapatkan informasi-informasi yang diperlukan untuk memperbaiki suatu metode kerja. Jadi, peta kerja adalah suatu alat yang menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja produksi). Lewat peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang dialami oleh suatu benda kerja. Peta proses operasi merupakan salah satu dari peta kerja.

Peta proses operasi (operation process chart) merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan-urutan proses dan pemeriksaan. Sejak dari awal proses sampai menjadi produk utuh maupun sebagai komponen,dan juga memuat informasi-informasi yang dibutuhkan. Informasi-informasi yang bisa didapatkan dalam peta proses operasi adalah sebagai berikut:

  • Bahan baku dan bahan penunjang yang dibutuhkan (dipresentasikan dengan garis panah horizontal)
  • Operasi yang dibutuhkan pada masing-masing komponen atau bagian dari bahan baku (direpresentasikan dalam lingkaran)
  • Waktu yang dibutuhkan dalam proses
  • Mesin atau alat yang digunakan dalam operasi
  • Scrap (geram) yang dihasilkan (dibuang) dalam proses
Dalam setiap peta proses operasi kegiatan dalam bentuk lambang atau simbol yang telah dibakukan adalah sebagai berikut:

1.    Operasi
Yaitu suatu kegiatan operasi yang terjadi apabila benda kerja mengalami perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawinya. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses yang biasanya terjadi di suatu mesin atau stasiun kerja.
2. Pemeriksaan (Inspeksi)
Yaitu suatu kegiatan pemeriksaan terhadap benda kerja atau peralatan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Lambing ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek tertentu agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
3. Aktifitas gabungan
Yaitu suatu kegiatan yang terjadi apabila aktivitas operasi dan pemeriksaan dilakukan secara bersamaanatau pada satu tempat benda.
4. Penyimpanan
Yaitu suatu kegiatan menyimpan benda kerja untuk waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil kembali biasanya melakukan prosedur perizinan tertentu.


2.2.1 Prinsip-Prinsip Pembuatan Peta Proses Operasi

Untuk bisa menggambarkan peta proses operasi dengan baik, ada beberapa prinsipyang perlu diikuti sebagai berkut:

§  Pada bagian kiri paling atas menyatakan No. Peta, Nama, Kapasitas dan Efisiensi.
§  Pada bagian tengah atas terdapat Nama Perusahaan, Engineering Consultant, Operation Process Chart, dan Kursi Kuliah.
§  Sedangkan pada bagian atas sebelah kanan terdapat Nama Dosen, Nama Asisten dosen, Tanggal Dipetakan, dan Tanggal Disetujui.
§  Material yang akan diproses diletakan diatas horizontal yang menunjukan bahwa material tersebut masuk kedalam proses.
§  Lambang-lambang ditempelkan dalam arah vertikal, yang menunjukan terjadinya perubaha proses.
§  Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran dalam proses operasi.
§  Agar diperoleh gambar peta proses operasi yang baik, produk yang paling baik memerlukan operasi, harus dipetakan terlebih dahulu, berarti dipetakan dengan garis vertikal disebelah kanan halaman kertas.
§  Setelah semua proses dipetakan dengan lengkap, pada bagian akhir halaman dibuat ringkasannya. Yang memuat informasi-informasi seperti : jumlah keseluruhan informasi, jumlah keseluruhan pemeriksaan, dan jumlah waktu keseluruhan yang dibutuhkan dalam membuat produk jadi.
§  Membuat surat penawaran untuk peta proses operasi yang ditujukan pada dosen masing-masing kelas, yang disertai oleh landasan teori yang mendukungnya.


2.3     Routing sheet

Untuk membuat peta proses operasi membutuhkan sutau dokumen utama yang dikenal dengan nama Master Route Sheet atau Routing Sheet. Yang merupakan tahap awal yang harus di!akukan sebe!um kegiatan produksi dimulai adalah mengidentifikasi ataupun menentukan urut-urutan mesin/peralatan, proses dan operasi yang sesuai dengan kebutuhan dan efisiensi. Digunakan untuk mengetahui jalannya proses produksi dari komponen-komponen kursi kita dapat menggunakan pola peta proses produksi. Hasi identifkasi ataupun penentuan ini biasanya disajikan dalarn bentuk apa yang dinamakan dengan Routing Sheet.

Routing Sheet ini merupakan hal yang sangat penting bagi pengawasan produksi, karena merupakan penentuan mutu produk yang akan dibuat, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengerjakan setiap kegiatan produk tersebut.Pada umumnya, selain menyajikan urut-urutan mesin/peralatan, proses dan operasi, routing sheet ini juga memuat antara lain kapasitas mesin/peraiatan, % scrap, serta jumlah kebutuhan bahan/mesin/peralatan. Sehingga untuk keperluan perhitungan kebutuhan bahan, mesin ataupun peralatan, routing sheet ini dapat dipergunakan. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum membuat Routing sheet adalah sebagal berikut :

  1. Bahan/material yang digunakan untuk memproduksi suatu produk.
  2. Banyaknya satuan unit produk yang akan dibuat.
  3. Urut-urutan kegiatan yang sifatnya tetap.
  4. Peralatan yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan.
  5. Komponen- komponen untuk assembling setelah diprcduksi.

2.3.1 Tujuan pembuatan routing sheet

  1. mengetahui aliran pross yang dialami oleh bahan bakuuntk tiap jenis komponen dengan mengetahui jumlah mesinnya.
  2. Sebagai dasar dalam penentuan tata letaj pabrik
  3. Sebagai alat untuk memperbaiki cara kerja yang sedang dilakukan
  4. Dengan diketahuinya lama waktu pelaksanaan kegiatan, ditentukan pemanfaatan fasilitas produk.
2.4     Multy Proses Product Chart (MPPC)

Satu teknik analisa lainnya yang menyerupai peta kerja dan juga dipergunakan untuk menganalisa aliran bahan adalah Multy Product Procees Chart ( MPPC ). Teknik analisa ini mengambil dasar penyajian dari Operation Process Chart ( OPC ), hanya saja pada MPPC ini penggambaran proses operasi di pisahkan menjadi sub bagian tersendiri, yaitu : Rough Lumber, Fabrikasi dan Assembling, yang dapat di persamakan dari ketiga peta itu adalah dapat dipergunakan untuk berkomunikasi secara luas, jelas dan sistematis.

2.4.1 Pengertian

Apabila didefinisikan MPPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami oleh bahan, baik bahan baku maupun bahan tambahan, seperti urutan-urutan operasi, pemeriksaan dan penyimpanan, serta dalam menggambarkannya dipisahkan antara Rough Lumber, Fabrikasi dan Assembling, atau dapat di katakan MPPC adalah suatu peta yang menggambarkan jumlah pemakaian kebutuhan mesin dari Routing Sheet.Simbol-simbol yang di pergunakan dalam MPPC ini sama dengan simbol- simbol yang di gunakan pada OPC, antara lain operasi, pemeriksaan dan penyimpanan. Hanya saja pada cara penomorannya dilakukan berdasarkan urutan-urutan proses operasi perkomponen

2.4.2  Maksud
dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari MPPC adalah :


§  Menentukan berapa banyak kebutuhan mesin
§  Menunjukkan keterkaitan produksi antara komponen-komponen produk
§  Sebagai pedoman dalam menjalankan proses produksi
§  Sebagai alat kerja yang memberikan informasi yang berguna dalam perbaikan sistem.


2.5     Ongkos Material Handling (OMH)

Di dalam merancang Tata Letak Pabrik, maka aktivitas pemindahan bahan (material handling) merupakan salah satu faktor yang cukup penting untuk diperhatikan dan diperhitungkan. Aktivitas pemindahan tersebut dapat ditentukan dengan terlebih dahulu memperhatikan aliran bahan yang terjadi dalam suatu operasi. Selanjutnya hal yang harus diperhatikan adalah type lay out yang akan digunakan. Ongkos material handling adalah ongkos yang dikeluarkan untuk melakukan pemindahan material dari satu departemen menuju departemen yang lain untuk dilakukannya proses produksi selanjutnya.

MaterialHandling adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan mengenai pemindahan,pengepakan dan penyimpanan, pengepakkan danpenyimpanan semuajenis /bentuk material / bahan yang terjadi di dalam pabrik termasuk pemindahan bahan baku kepabrik serta pemindahan barang jadi sampai ketangan konsumen. Seni dan ilmu pengetahuan dari perpindahan, penyimpanan, perlindungan dan pengawasan material penanganan material dalam jumlah yang tepat dari material yang sesuai, dalam kondisi yang baik, pada tempat yang cocok, pada waktu yang tepat, pada posisi yang benar, dalam urutan yang sesuai, dengan biaya yang murah dan menggunakan metode yang benar.

Tujuan Ongkos Material Handling adalah menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan dan memberikan perlindungan terhdap material. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi:
1.    Menghemat penggunaan luas lantai
2.    Mengurangi beban manusia dan kecelakaan
3.    Meningkatkan semangat kerja
4.    Mengurangi biaya handling/penanganan
5.    Mengurangi biaya over head
6.    Mengurangi biaya produksi
   
   Keguanaan luas lantai adalah saat digunakan dalam membantu untuk perhitungan OngkosMaterial Handling (OMH) antar departemen, sesuai dengan luas lantai hasil perhitungan.


2.5.1 Prinsip-Prinsip Material Handling

1.    Right Material : Material yang disediakan sesuai dengan yang dipesan oleh bagian produksi, akan lebih akurat jika menggunakan peralatan otomatis.
2.    Right Mount : Jumlah yang disediakan oleh bagian material handling sesuai jumlah kebutuhan.
3.    Right Condition : Sesuai dengan keinginan konsumen (misal tidak rusak, kondisi barang dipak atau tidak dipak, diurut penyusunannya, dlan lain-lain).
4.    Right Place : Menempatkan material langsung dilokasi akhir siap untuk digunakan, tidak di tengah-tengah perjalanan  (misal di gang).
5.    Right Sequence : Urutan penanganan material yang efisien misalnya dengan penyederhanaan kerja, efisiensi manufakturing.
6.    Right Cost : Mendesain bentuk yang efisien sehingga biaya menjadi efisien ‘Not the lowest cost’.
7.    Right time : On time delivery, jika proses material handling di dalam pabrik dilakukan dengan peralatan otomatis syarat ini akan lebih mudah dicapai.

Beberapa aktivitas pemindahan bahan yang perlu diperhitungkan adalah sebagai berikut:

a.   Pemindahan bahan dari gudang bahan baku (Receiving) menuju departemen fabrikasi maupun departemen assembling.
b.   Pemindahan bahan yang terjadi dari satu departemen menuju departemen yang lainnya.
c.    Pemindahan bahan dari departemen assembling menuju gudang bahan jadi (Shipping)
d.   Alat Angkut yang Dipergunakan Pemilihan jenis alat angkut didasari terhadap besar beban material yang harus dipindahkan, dimana jenis alat angkut yang dipergunakan bergantung pada spesifikasi alat angkut dalam melakukan operasinya. Beberapa alat-alat angkut yang biasa dipergunakan adalah :
e.   Alat angkut dengan menggunakan Tenaga Manusia < 20 Kg.
f.     Alat angkut dengan menggunakan Walky Fallet (20 – 50 Kg).
g.    Alat angkut dengan menggunakan Lift Truck (diatas 50 Kg).

Setelah ditentukan alat angkut yang akan digunakan, maka selanjutnya dapat ditentukan ongkos alat angkut berdasarkan jarak tempuh (meter gerakan)./ jarak pengangkutan.

Pemilihan peralatan pemindahan bahan juga dapat diklarifikasikan pada gerakan dasar perpindahan yang akan dilakukan oleh peralatan tersebut. Gerakan perpindahan ini dapat di bedakan atas :

·         Lintasan tetap atau fleksibel.
·         Gerakan perpindahan yang terputus-putus atau continue.
·         Jarak lintasan perpindahan jauh dekat.
·         Perpindahan bahan diselenggarakan didalam atau diluar pabrik.
·   Gerakan perpindahan kearah vertical, Horizontal, membentuk sudut ataukah merupakan kurva.

2.6     Activity Relationship Chart (ARC)

Teknik ideal untuk desain relationship antara setiap kelompok aktivitas yang saling berkaitan.  Perencanaan aktivitas relationship menggunakan ARC sebagai instrumen analisa dalam pengerjaannnya

Kegunaan ARC adalah :
  1. Penyusunan urutan pendahuluan bagi peta dari-ke
  2. Lokasi relatif dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor
  3. Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan
  4. Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan
  5. Lokasi nisbi dari daerah pelayanan satu kegiatan dengan yang lainnya, serta alasannya.
  6. Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.

Langkah-langkah pembuatan ARC adalah :
  1. Penyusunan urutan pendahuluan bagi peta dari-ke
  2. Lokasi relatif dari pusat kerja atau departemen dalam satu kantor
  3. Lokasi kegiatan dalam satu usaha pelayanan
  4. Lokasi pusat kerja dalam operasi perawatan atau perbaikan
  5. Lokasi nisbi dari daerah pelayanan satu kegiatan dengan yang lainnya, serta alasannya.
  6. Memperoleh satu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.

Kode pembuatan ARC adalah dalam pembuatan ARC kode derajat relationship yang  menggunakan hurup-hurup (A, E, I, O, U, X) diletakkan pada bagian atas kotak.
Sedangkan alasan derajat relationship dimasukan di kotak bawah contoh sebagai berikut:
Contoh derajat relationship

Kode
Alasan
1
Urutan aliran material
2
Membutukan area yang sama
3
Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4
Debu  dan  bising
5
Bau dan kotot


Aturan derajat relationship

KODE
PERSENTASE
KETERANGAN
A
5   %
dari banyaknya total relationship yang terjadi
E
10 %
I
15 %
O
20 %

U dan X :  Tidak ada batasan

Total Relationship

A tidak boleh lebih dari 15 relationship (300 x 5% = 15). Begitupun selanjutnya,
Total relationship E dan I tidak boleh lebih dari 30 dan 45 relationship
Bila n = 6  maka Total Relatisonship

Contoh ARC



KODE
ALASAN
1
Urutan aliran material
2
Membutukan area yang sama
3
Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4
Debu  dan  bising
5
Bau dan kotot


2.7     Activity Relationship Diagram (ARD)

ARD pendekatan ini menggambarkan ARD dengan hubungan garis yang menunjukan besarnya derajat relationship antara aktivitas yang satu dengan aktivitas lainya, Pembuatan ARD dalam SLP mempertimbangkan dengan meng kombinasikan dua aspek  yaitu:
·         Aspek Kuantitatif (Aliran Material)
·         Aspek Kualitatif   (ARC)

Contoh ARD :




2.8   Area Alocation Diagram (AAD)


Area Alocation Diagram merupakan lanjutan dari ARC. Dimana dalam ARC telah diketahui kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Atau dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram. Adapun dasar pertimbangan dalam prosedur pengaloaksian area ini adalah sebagai berikut :

§  Aliran produksi, material, peralatan
§  ARC, informasi aliran, aliran personil, hubungan fisikal
§  Tempat yang dibutuhkan
§  ARD

AAD ini merupakan lanjutan penganalisaan tata letak setelah ARC, maka sesuai dengan persoalan ARC diatas maka dapat dibuat AAD-nya. AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik.

Contoh gambar AAD :




2.9     Template
          Template merupakan suatu gambaran yang telah jelas dari tata letak pabrik yang akan dibuat dan merupakan gambaran detail dari AAD yang telah dibuat.
Informasi yang dapat dilihat pada Template :
a.   Tata letak kantor dan peralatannya
b.   Tata letak pelayanan yang ada di pabrik, misalnya jalan, kantin, sarana olah raga, dan lain-lain.
c.    Tata letak bagian produksi, misalnya receiving, pabrikasi, assembling, shipping.
d.   Aliran setiap material, mulai dari receiving sampai dengan shipping



BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA


3.1    Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi pada dasarnya adalah menentukan suatu tempat atau lokasi yang tepat untuk suatu perisahaan atau perkantoran atau lokasi untuk tujuan tertentu, dengan memperhitungkan kelebihan dan kekurangan lokasi tersebut. Dalam pemilihan lokasi kita akan membandingkan suatu lokasi dengan lokasi lainnya, berdasarkan nilai break even point lokasi tersebut.

No.
Keterangan
Jakarta
Tangerang




FC
Biayatenagakerja 7 orang/Tahun
140.000.000
140.250.000
BiayaListrik / Tahun
3.890.000
3.890.000
Biaya Air / Yahun
1.080.000
110.000
BiayaPerawatan / Tahun
1.200.000
1.150.000
Biayaadministrasi / Tahun
600.000
700.000
Pajakbumidanbanguna / Tahun
120.000
120.000
Sewamobilselamasetahun / Tahun
800.000
720.000
SewaBangunandan Tanah setahun
8.000.000
8.400.000
Total =
155.690.000
154.940.000

VC
Ongkosburuh / unit
3.500
3.600
Ongkosoperasi / unit
3.000
3.500

Total
6.500
7.100

Jika dianggap persamaan linier maka:
BEP = FC+(VC x Unit/Th)
Jakarta      =  155.690.000 + (6.500 × 5.000) = Rp. 188.190.000
Tangerang = 154.940.000 + (7.100 × 5.000) = Rp. 190.440.000



3.2 Operation produksi chart
OPC adalah suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang dialami oleh bahan baku yag meliputi urutan proses operasi dan pemeriksaan. Pembuatan OPC ini merupakan tahap pertama dalam urutan untuk merencanakan tata letak pabrik.


Bagan 3.2.1 OPC (Operation product chart)

3.3Flow Process Chart

Berikut adalah gambaran skematik/diagram yang menunjukkan seluruh langkah dalam suatu proses pembuatan tas laptop dan menunjukkan bagaimana langkah itu saling mengadakan interaksi satu sama lain.

    3.3    Process Chart
Process Chart adalah representasi grafis dari urutan langkah-langkah atau tugas (workflow) yang merupakan suatu proses, mulai dari bahan baku sampai produk jadi.


Gambar 3.3 Process Chart

3.4     Routing Sheet

Routing sheet di butuhkan untuk merencanakan tata letak pabrik, Routing sheet ini digunakan untuk :
1.  Menghitung jumlah mesin yang diperlukan
2.  Menghitung jumlah part yang harus dipersiapkan dalam usaha memperoleh sejumlah produk jadi yang diinginkan.

No. Op.
Deskripsi
Msn (alat)
waktu proses (menit)
produksi mesin /menit
% Scrap
Bahan Diminta
Bahan Dipersiapkan
Effisiensi Msn
Kebutuhan mesin
Teori
Aktual
O-1
Memotong Alas Atas
Mesin Potong
2
30
0,980
30
30
1,00
1,00
1
O-2
Mengebor Alas Atas
mesin bor
1,5
40
0,950
40
40
1,00
0,03
1
O-3
Mengamplas Alas Atas
mesin bor
1,5
40
0,920
40
40
1,00
0,03
1
O-4
Mengecat Alas Atas
compresor
2,5
24
0,890
24
24
1,00
0,04
1
O-5
Memotong kaki meja 1
Mesin potong
2
30
0,860
30
30
1,00
0,03
1
O-6
Mengebor kaki meja 1
mesin bor
1,5
40
0,830
40
40
1,00
0,03
1
O-7
Mengamplas kaki meja 1
mesin bor
1,5
40
0,800
40
40
1,00
0,03
1
O-8
Mengecat kaki meja 1
compresor
2,5
24
0,770
24
24
1,00
0,04
1
O-9
Merakit kaki meja 1
compresor
1,5
40
0,740
40
40
1,00
0,03
1
O-10
Memotong kaki meja 2
Mesin potong
2
30
0,710
30
30
1,00
0,03
1
O-11
Mengebor kaki meja 2
mesin bor
1,5
40
0,680
40
40
1,00
0,03
1
O-12
Mengamplas kaki meja 2
mesin bor
1,5
40
0,650
40
40
1,00
0,03
1
O-13
Mengecat kaki meja 2
compresor
2,5
24
0,620
24
24
1,00
0,04
1
O-14
Merakit kaki meja 2
compresor
1,5
40
0,590
40
40
1,00
0,03
1
O-15
Perakitan utama
Finish goods
3
20
0,560
20
20
1,00
0,05
1
O-16
Inspeksi
operator
1,5
40
0,530
40
40
1,00
0,03
1

Bagan 3.3.1 Table Routing sheet




3.5     MPPC (Multi Proses Product Chart)

Setelah OPC dan routing sheet terpenuhi maka langkah selanjutnya adalah membuat MPPC. MPPC di perlukan untuk mengetahui banyak mesin, dan untuk
mengetahui operasi yang dilakukan  masing-masing bahan baku.



                   Bagan 3.4.1 Table MPPC (Multi Proses Product Chart)

3.6     Kebutuhan Luas Lantai Pabrik
Pada tahap ini akan dilakukan analisa perhitungan luas lantai yang dibutuhkan dalam mendirikan pabrik pembuatan tas laptop, berikut adalah perhitungan  luas lantai pabrik:


                1.1    Luas Lantai Produksi
Berikut adalah perhitungan luas lantai yang dibutuhkan untuk bagia produksi:
Nama Mesin
Departemen
Jumlah Mesin
Ukuran (m)
Luas Mesin (m2)
Luas Seluruh Mesin (m2)
Toleransi Bahan (100%)
Allowance (200%)
Total Luas/Departemen (m2)
P
L
Mesin Potong
Departeme Produksi
2
1
2
2
2
2,00
4
8,00
Mesin Bor
2
1,5
0.5
0.75
0,75
0,75
1,5
3,00
Mesin Compresor
1
1
1
1
1
1,00
3
5,00
Meja Perakitan
1
1,5
1
1,5
1,5
1,50
3
6,00
Meja Packing
1
1,5
1
1.5
1.5
1,50
3
6,00
TOTAL  
28,00


3.7     Ongkos Material Handling
Langkah awal dalam menaganlisi biaya material handling maka perlu diketahui dulu jumlah departemen dan jarak perpindahan yang disajikan pada tabel berikut:
a)   Gudang Bahan Baku
b)   Dept. Pemotongan
c)    Dept. Pengeboran
d)   Dept. Compresor
e)   Dept. Perakitan
f)    Dept. QC dan Packing
g)    Gudang Produk jadi
h)   Kantor


Tabel 3.7.1 Aliran Material Antar Departemen
Dari
Ke
A
B
C
D
E
F
G
H
A
10
X
X
X
X
X
X
B
10
10
X
X
X
X
X
C
X
10
10
X
X
X
X
D
X
X
10
10
X
X
X
E
X
X
X
10
10
X
X
F
X
X
X
X
10
10
X
G
X
X
X
X
X
10
X
H
X
X
X
X
X
X
X

Untuk mengetahui biaya material handling maka langkah awal perlu fiketahui dahulu jarak antar departemen dan frekuensi perpindahan material adalah sebagai berikut:

         Tabel Frekuensi perpindahan material dan jarak antar departemen

No.
Dari
Alat Angkut Material
Frekuensi Perpindahan
Jarak (m)
Frekuensi × Jarak (m)
1
A – B
Manual
10
2
20
2
B – C
Manual
10
2
20
3
C – D
Manual
10
3
30
4
D – E
Manual
10
3
30
5
E – F
Manual
10
2
20
6
F – G
Manual
10
3
30
7
B – A
Manual
10
2
20
8
C – B
Manual
10
2
20
9
D – C
Manual
10
3
30
10
E – D
Manual
10
3
30
11
F – E
Manual
10
2
20
12
G – F
Manual
10
3
30
Total =
120
30
300

Sebelum melangkah ke proses perhitungan OMH maka perlu diketahui dahulu biaya ongkos perpindahan per meter sebagai berikut:


Tabel Ongkos Perpindahan Material perhari

Stasiun Kerja
waktu Proses (menit)
Terdiri Dari
gaji pekerja
ongkos pemindahan material (unit)
frekuensi produk dipindahkan
ongkos perpindahan
Waktu Pengerjaan
waktu Perpindahan
menit
Gudang bahan baku
6
8
2
183,34
366,68
10
5500,2
Pemotongan
4,5
8
2
183,34
366,68
10
5500,2
Pengeboran
4,5
8
2
183,34
366,68
10
5500,2
Compresor + Amplas
10,5
16
3
183,34
550,02
10
8250,3
Perakitan
3
4
2
183,34
366,68
10
5500,2
qc dan packing
2
2
3
183,34
550,02
10
8250,3

Total
38501,4

Langkah selanjutnya aadalah menghitung Ongkos Material Handling per meter dengan menggunakan rumus:
OMH perMeter =  
OMH perMeter =  

Ongkos OMH/Meter : Rp. 85,55

Dengan demikian maka OMH dalam sebulan dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut:

OMH perBulan = (OMH perMeter × Total jarak perpindahan) × 30 hari
OMH perBulan = (Rp. 85,55 × 300) × 30
OMH perBulan = Rp. 769.950


3.8     Activity Relationship Chart (ARC)

Dalam industri pada umumnya terdapat sejumlah kegiatan atau aktivitas yang menunjang jalannya suatu industri. Setiap kegiatan atau aktivitas tersebut saling berhubungan (berinteraksi) antara satu dengan lainnya, dan yang paling penting diketahui bahwa setiap kegiatan tersebut membutuhkan tempat untuk melaksanakannya. Aktifitas atau kegiatan tersebut diatas dapat berupa aktivitas produksi, administrasi, assembling, inventory, dll.

Sebagaimana diketahui diatas bahwa setiap kegiatan atau aktifitas tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya ditinjau dari beberapa kriteria, maka dalam perencanaan tata letak pabrik harus dilakukan penganalisaan yang optimal. Teknik yang digunakan sebagai alat untuk menganalisa hubungan antar aktifitas yang ada adalah Activity Relationship Chart.

Tabel 3.7.1 Jenis Departemen Industri Meja Laptop Portable

No.
Jenis Pusat Kegiatan / Departemen
1
Gudang Bahan Baku
2
Dept. Pemotongan
3
Dept. Pengeboran
4
Dept. Comperesor
5
Dept. Perakitan
6
Dept. QC dan Packing
7
Gudang Produk Jadi
8
Kantor

Bedasarkan hasil kajian dari data desain pabrik memerlukan 8 pusat kegiatan untuk menunjang kegiatan produksi taslaptop, pusat-puasat kegiatan sebenarnya terdiri atas unit-unit kegiatan yang kecil. Namun, atas pertimbangan efesiensi penggunaan luas lantai, tim  perancang melakukan penggabungan. Setelah seluruh departemen diketahui maka langkh selanjutnya adalah  melakukan analisis derajat relationship yang  menggunakan kode hurup-hurup (A, E, I, O, U, X) yang didapat dengan merumuskan alasan tingkat hubungan antar departemen sebagai berikut:

Tabel alasn hubungan atar pusat kegiatan

Kode
Alasan
1
Urutan aliran bahan
2
Membutukan area yang sama
3
Intensitas hubungan dokumen dan personalia yang sama
4
Debu  dan  bising
5
Bau dan kotot
      

Setelah diketahui apa saja alasan kedekatan  dan alasan menjauh maka kode derajat relationship dapat dirumuskan sebagai berikut:

Kode Derajat Kedekatan Atar Pusat Kegiatan

KODE
DERAJAT RELATIONSHIP
Alasan Hubungan
A
Mutlak  Penting
3   Alasan Mendekat
E
Sangat Penting
2  Alasan Mendekat
I
Penting
1  Alasan Mendekat
O
Biasa
U
Tidak   Penting
1   Alasan Menjauh
X
Tidak  Diinginkan
2   Alasan Menjauh

Langkah selanjutnya yaitu memasukkan alasan setiap pasangan departemen pada ARC yang didasarkan pada relationship antar aktivitas sesuai dengan alasan hubungan tiap departemen yang disajikan pada diagram berikut:




Gambar 3.7.2 Diagram ARC Hubungan Aktifitas
Langkah selanjutnya untuk mempermudah penganalisaan selanjutnya maka hubungan antar aktivitas tersebut dibuat kedalam kertas kerja (work sheet) yang dibuat sebagai berikut :




Tabel 3.7.3 Work Sheet ARC

WORK SHEET FOR ACTIVITY RELATIONSHIP CHART
NO.
ACTIVITY
DEGREE OF CLOSENESS
A
E
I
O
U
X
1
Gudang Bahan Baku
-
2
7,8
3,5
4
-
2
Dept. Pemotongan
3
1
4
5,7,8
-
-
3
Dept. Pengeboran
2
4
5
1
6,7
8
4
Dept. compresor
-
3,5
2
6
1,7
8
5
Dept. Perakitan
-
4,6
3
1,7,8,2
-
-
6
Dept. QC dan Packing
-
5,7
-
4,8,2
3
-
7
Gudang Produk Jadi
-
6
8,1
5,2
4,3
-
8
Kantor
-
-
7,1
6,5,2
-
3,4


Gambar 3.7.4 Block Template ARC





Tabel 3.7.5 Total  Space Requirement Sheet

No
Pusat Kegiatan
Lantai
Kebutuhan
Modul (2 x 2)
Dimensi
(m x m)
Luas (m2)
1
Gudang Bahan Baku
3 x 5
15
4
2
Dept. Pemotongan
4 x 4
16
4
3
Dept. Pengeboran
4 x 4
16
4
4
Dept. compresor
5 x 5
25
6
5
Dept. Perakitan
4 x 4
16
4
6
Dept. QC dan Packing
8 x 4
25
8
7
Gudang Produk Jadi
3 x 5
15
4
8
Kantor
8 x 4
32
8
Total
160
39


    3.9    Activity Relationship Diagram (ARD)
       
         Bedasarkan ARC yang telah diketahui, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kepentingan antar aktivitas, dengan demikian berarti bahwa ada sebagian aktivitas yang harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan ada juga sebaliknya. Untuk menentukan  penempatan  letak  lokasi  departemen  yang  satu  dengan departemen yang lain dan menggambarkan  hubungan  derajat  relationship antar  aktivitas, dan membantu perencanaan untuk menghubungkan masing-masing aktivitas secara tepat, maka langkah selanjutnya adalah membuat ARD dengan metode block layout yang dapat dilihat sebagai berikut:


Bedasarkan gambar diatas dapat diketahui Ruang kantor tidak dapat berada dekat Dept. Pemotongan dan Penjahitan dikarenakan suara bising dan getaran mesin yang menggangu, sedangkan Dept. Penggambaran Pola dan Dept. Pemotongan harus berada bersebelahan bedasarkan derajat relasi yang menunjukkan kode A. Block Layout ini adalah yang terbaik yang kami pilih bedasarkan layout by process.

    4.9    Area Allocating Diagram (AAD)
         
         AAD merupakan Template secara global informasi yang dapat dilihat hanya pemanfaatan area saja, sedangkan gambar visualisasi secara lengkap dapat dilihat pada template yang merupakan hasil akhir dari penganalisaan dan perencanaan tata letak pabrik. Dengan demikian untuk mengetahui hubungan antar aktivitas mempengaruhi tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut maka tata letak aktivitas tersebut ditentukan dalam bentuk Area Alocation Diagram (AAD) yang akan diuraikan sebagai berikut:


Gambar 4.9.1 Area Alocating Diagram ADD


No
Pusat Kegiatan
Lantai
Kebutuhan
Modul (2 x 2)
Dimensi
(m x m)
Luas (m2)
1
Gudang Bahan Baku
3 x 5
15
2
2
Dept. Pemotongan
4 x 4
16
2
3
Dept. Pengeboran
4 x 4
16
8
4
Dept. Compresor
5 x 5
15
6
5
Dept. Perakitan
4 x 4
16
4
6
Dept. QC dan Packing
8 x 4
25
6
7
Gudang Produk Jadi
3 x 5
15
4
8
Kantor
8 x 4
22
4
Total
140
39



BAB IV
ANALISIS DAN HASIL


4.1        Analisis dan Evaluasi Perancangan Tata Letak Fasilitas Industri   Pembuatan Meja Laptop Portable

Dari hasil analisis pada tabel Skala Prioritas Awal dan Usulan diperoleh tingkatan rangking penyusunan dengan urutan letak berada pada gudang bahan baku, departemen penggambaran pola, depatmen pemotongan, departemen penjahitan, departemen perakitan, departemen packing dan quality control dan berakhir di gudang produk jadi.

1.    Bedasarkan gambar process chart dan block layout ARD maka pola aliran material adalah flow U dengan urutan proses yang tanpa adanya back tracking.

2.    Dari hasil gambaran Activity Relationship Diagram proses pembuatan tas laptop maka pada ARD awal dan usulan diperoleh dari dasar tabel skala prioritas yang disesuaikan dengan kedekatan departemen.

3.    Berdasarkan hasil gambaran peta hubungan aktifitas (Activity Relationship Chart) pada proses pembuatan tas laptop maka tingkat kepentingan yang lebih tinggi yaitu penting dan yang terendah pada tingkat kepentingan mutlak penting.

4.    Dari hasil analisis pada Area Allocation Diagram pada proses pembuatan tas laptop maka antara AAD Awal dan Usulan menggambarkan bentuk tata letak atau lokasi pada pada dimensi yang diperhitungkan dengan  35 modul block yang dibutuhkan yang masing masing block berukuran 2x2m (4m2).


BAB IV
KESIMPULAN DAN EVALUASI

5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa didapat kesimpulan Tata letak fasilitas  pada produksi meja laptop portable diidentifikasi dengan pendekatan simulasi sehingga mendapatkan hasil akhir sebagai beikut ;
1.    Jumlah output produksi perhari adalah 100 unit meja laptop portable.
2.    Dari hasil analisa Activity Relationship Chart (ARC) mengetahui bahwa ada beberapa stasiun yang muthlak untuk berdekatan, karena termasuk dalam aliran proses produksi.
3.    Dari perhitungan ongkos material handling dari data –data yang didapat maka jumlah OMH dalam sebulan adalah Rp. 769.950,00
4.    Berdasarkan momen total dari masing-masing layout tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa layout dari corelap memberikan momen total yang lebih kecil dimana lebih meminimalkan jarak perpindahan material dibandingkan dengan layout awal. Jadi peneliti berkesimpulan bahwa layout yang digunakan saat ini kurang efisien.

5.2    Saran
Penulis menyarankan agar usulan model layout yang dibuat dalam laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan proyek dalam menentukan layout dan guna memaksimalkan proses produksi dari pabrik.


DAFTAR PUSTAKA

Apple, James M. 1997. Plant layout and Material Handling, 3rd ed. New York: John Willey & Sons, Inc.
Apple, James M. 1990. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Bandung: ITB
Heragu, Sunderesh. 1997. Facilities Design. Boston: PWS Publishing Company.

Wignjosoebroto, Sritomo. 2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Jakarta: PT Guna Widya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar